Rabu, 25 Mei 2011

Gubernur Kurangi Kesenjangan di Banten


Gubernur Banten Hj.Ratu Atut Chosiyah berupaya mengatasi kesenjangan wilayah Banten bagian utara dan selatan. Hal tersebut merupakan langkah penting dalam strategi pembangunan Provinsi Banten. Hal ini juga dikarenakn kondisi masyarakat di bagian selatan Banten yakni Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Serang relatif tertinggal dibandingkan wilayah utara seperti Tangerang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dan Cilegon.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB 2009 di Kabupaten Pandeglang dan Lebak bagian selatan masing-masing mencapai Rp 3,9 miliar dan Rp 3,8 miliar. Sedangkan bagian utara seperti Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang mencapai Rp 17 miliar dan Rp 27 miliar. Padahal, Kabupaten Lebak dan Pandeglang luasnya 63,89 persen dari luas Banten. Sementara Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang hanya 12.06 persen luas Banten.

“Ketimpangan utara dan selatan ini disebabkan posisi Tangerang dan Kota Tangerang sebelah utara merupakan hinterland bagi DKI Jakarta. Tangerang lebih melayani Jakarta dibandingkan wilayah selatan. Sebaliknya, bagian selatan seakan daerah yang berdiri sendiri,” kata dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Djaka Badranaya, Senin (23/5).

Ia menambahkan, kemajuan yang terjadi di bagian utara Banten juga disebabkan karena kawasan itu merupakan spill over (tumpahan) pembangunan di DKI Jakarta. Bayangkan saja, Kota Tangsel sepanjang perjalanannya sudah memiliki indikator pembangunan sangat baik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tangsel sudah mencapai 75,1 dan pendapatan per kapita Rp 8.459 juta lebih.

Ada dua orientasi strategi pembangunan Tangsel meurut Djaka, sapaan akrabnya. Pertama, pembangunan Tangsel diarahkan untuk memperkuat perannya sebagi hinterland Jakarta. Kedua, Tangsel harus menjadi wilayah pusat pertumbuhan yang menjadi penarik bagi daerah-daerah lain di Banten, khususnya di wilayah selatan.

Berdasarkan kajian ekonomi regional Bank Indonesia (BI), pada triwulan empat naik 6,31 persen dibanding dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,06 persen. Pertumbuhan PDRB Provinsi Banten disumbang oleh sektor industri pengolahan, transportasi dan komunikasi. Kenaikan PDRB memperlihatkan kenaikan sejak triwulan kedua 2009 sebesar 4,54 persen, triwulan ketiga 4,64 persen, triwulan keempat 4,28 persen. Pada triwulan pertama 2010 5,48 persen, triwulan kedua 5,87 persen, triwulan ketiga 6,06 persen, dan triwulan keempat 6,31 persen.

Pertumbuhan ini merupakan kerja keras dari semua stakholders pembangunan ekonomi Banten, yakni masyarakat, pemerintah, dan swasta. “Daya beli masyarakat semakin meningkat, perbaikan pelayanan pemerintah yang terus membaik, dan aktivitas industri juga membaik,” kata Budi Usman, aktivis Komunike Tangerang.

Ke depan, trend pertumbuhan ini akan terus dipelihara dan dipertahankan melalui strategi pembangunan yang diarahkan pada kualitas pertumbuhan. Hasil pertumbuhan ekonomi akan terus diarahkan pada upaya mengatasi kesenjangan pembangunan antara wilayah Provinsi Banten. (bp)

Sumber: Tangsel Pos, Selasa 24 Mei 2011.


http://ratuatut.com/berita/banten/190-gubernur-kurangi-kesenjangan-di-banten

0 komentar:

Posting Komentar