Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Ayahanda Prof DR (HC) H Tb Chasan Sochib dipanggil Sang Khalik, Kamis (30/6) sekira pukul 03.55 WIB di Rumah Sakit Sari Asih, Kota Serang.
Kabar meninggalnya Tb Chasan Sochib sudah menyebar sejak pukul 04.30 WIB. Hampir dalam waktu bersamaan, Radar Banten juga menerima beberapa SMS yang mengabarkan wafatnya salah satu tokoh Banten itu.
Tak berapa lama, banyak juga yang menghubungi Radar Banten yang menanyakan kebenaran kabar tersebut. Ada yang melalui SMS, ada juga yang menelepon langsung. Pertanyaan itu bukan hanya datang dari masyarakat biasa, tapi juga dari sejumlah pejabat Pemprov Banten. Dari pertanyaannya, seolah mereka belum percaya bahwa Abah telah berpulang. Selain menanyakan kebenaran meninggalnya Abah, mereka juga menanyakan penyebab meninggalnya dan di mana akan dimakamkan.
Informasi yang diperoleh, Chasan Sochib sudah mengalami gangguan kesehatan beberapa hari terakhir. Sebelumnya, Abah memang mempunyai riwayat penyakit yang kompleks. Puncaknya almarhum dibawa ke RS Sari Asih karena kondisinya yang makin memburuk. Namun belum dua jam berada di rumah sakit, Abah menghembuskan napas terakhir. Tangis keluarga yang mengantarkan almarhum ke rumah sakit pun tak terbendung, termasuk Gubernur Ratu Atut Chosiyah.
Setelah dibersihkan oleh petugas rumah sakit, jenazah langsung dibawa ke rumah duka di Jalan Fatah Hasan, Ciceri, Kota Serang. Belum tiba jenazah di rumah duka, kerabat, masyarakat, dan para pejabat di lingkungan Pemprov Banten sudah berkumpul. “Jenazah disemayamkan dulu di rumah duka sambil menunggu keluarga besar yang berada di luar kota. Jenazah dimandikan keluarga sebelum dibawa ke Masjid Raya Albantani untuk disalatkan,” ujar Sitti Maani Nina, Kabag Dokumentasi pada Biro Humas dan Protokol Pemprov Banten yang selalu menemani Atut mulai dari rumah duka sampai proses pemakaman.
Berdasarkan pantauan di rumah duka, aktivitas di sekitar bundaran Ciceri tampak padat karena banyak pelayat yang hadir. Tidak hanya itu, petugas kepolisian lalu lintas dari Polres Serang tampak mengatur lalu lintas di bundaran dan memberlakukan sistem buka tutup karena mobil pelayat yang terparkir sampai ke tengah jalanan.
Di rumah duka, secara bergantian keluarga almarhum mencium dan memberikan penghormatan terakhir kepada ayah, kakek, dan buyut itu. Bahkan tidak sedikit masyarakat sekitar yang datang melayat hanya sekadar untuk melihat dan memberikan rasa belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan. Hiruk-pikuk di dalam rumah mendadak sunyi ketika Atut menangisi kepergian ayahnya. Sambil menangis Atut tak henti memanjatkan doa-doa.
Setelah selesai prosesi pemandian di rumah duka yang dilakukan seluruh keluarga almarhum, jenazah akhirnya dibawa ke Masjid Raya Albantani di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) sekira pukul 08.30 WIB. Iring-iringan panjang menjadi pemandangan warga sekitar yang melihat dari pinggir jalan.
Tiba di Masjid Raya Albantani, pria yang pernah menempuh pendidikan di Sekolah Ver Volk (Sekolah Rakyat) pada 1938 itu, disambut anggota Korem 064/Maulana Yusuf lengkap dengan senjatanya. “Memang pemakaman akan dilakukan secara militer karena almarhum adalah salah satu pejuang di zaman penjajahan,” tambah Nina.
Setelah diturunkan dari mobil jenazah, almarhum langsung dibawa ke dalam masjid untuk disalatkan. Rasa empati masyarakat begitu besar terhadap sosok Chasan Sochib. Hal itu terlihat dengan ribuan orang yang hadir untuk menyalatkan almarhum. Bahkan di masjid yang berkapasitas 6.000 orang itu, prosesi menyalatkan dibagi dalam dua gelombang.
Cuaca mendung saat itu, semakin menampakkan suasana duka. Isak tangis masih terdengar hingga ke Masjid Raya Albantani. Air mata Atut yang saat itu menggunakan pakaian serbahitam juga terus mengalir. Sesekali Atut harus melepas kacamata yang digunakan untuk menyeka air mata yang mulai membasahi pipi. Mata sembab juga tampak dari wajah Tb Haerul Jaman, yang merupakan Walikota Serang. Bahkan Jaman tampak sudah tak peduli dengan penampilannya, hal itu terlihat dengan posisi peci yang digunakannya yang mulai miring tapi tak kunjung dibenahi.
Prosesi menyalatkan almarhum yang berlangsung tidak kurang dari satu setengah jam itu diakhiri dengan penyerahan jenazah kepada Korem 064/MY untuk dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Atut yang mengiringi jenazah dengan menggunakan mobil pribadi plat A 1 GB itu ditemani oleh anak-anaknya.
Dari Masjid Raya Albantani, jenazah langsung diberangkatkan ke pemakaman keluarga. Tiba di lokasi pemakaman, jenazah tidak langsung dimakamkan karena masyarakat sekitar meminta untuk menyalatkan jenazah terlebih dulu. Persiapan sudah dilakukan dengan matang di lokasi pemakaman. Almarhum dimakamkan di pemakaman keluarga yang ditutupi atap dan memiliki 18 tiang. Meski tidak tampak mewah, namun antusias masyarakat untuk menyaksikan prosesi pemakaman luar biasa tinggi.
Setelah selesai disalatkan keluarga dan masyarakat sekitar, jenazah dibawa ke peristirahatan terakhirnya diiringi tembakan salvo dari satuan Makorem 064/MY. Wajah pucat dari keluarga besar almarhum tampak jelas. Bahkan isak tangis masih terus terdengar dan seolah tidak habis meski telah dikeluarkan berjam-jam.
Rasa duka dan berkabung masih terus berlanjut di malam hari. Ribuan masyarakat, pejabat, dan keluarga besar almarhum melakukan tahlilan untuk mendoakan almarhum. Bahkan untuk mengantisipasi agar tidak menumpuk di satu titik, keluarga almarhum memutuskan untuk menggelar tahlilan di lima titik. Atut, Wagub M Masduki, dan seluruh pejabat di lingkungan Pemprov Banten menggelar tahlilan di Jalan Bhayangkara, Nomor 51, yang merupakan kediaman Atut. Tempat lain yang menggelar tahlilan adalah di Rawu dan di Gemulung, Ciomas, yang juga merupakan kediaman almarhum. Selain itu, masyarakat sekitar Ciceri melakukan doa bersama di kediaman almarhum di Jalan Fatah Hasan. Terakhir dipusatkan di tempat pemakaman almarhum di Pabuaran. (*)
0 komentar:
Posting Komentar