Rabu, 06 Juli 2011

Disalatkan Ribuan Orang, Gelar Tahlil di Lima Titik

Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Ayahanda Prof DR (HC) H Tb Chasan Sochib dipanggil Sang Khalik, Kamis (30/6) sekira pukul 03.55 WIB di Rumah Sakit Sari Asih, Kota Serang.
Kabar meninggalnya Tb Chasan Sochib sudah menyebar sejak pukul 04.30 WIB. Hampir dalam waktu ber­samaan, Radar Banten juga menerima beberapa SMS yang mengabarkan wafatnya salah satu tokoh Banten itu.   


Tak berapa lama, banyak juga yang meng­hubungi Radar Banten yang me­nanyakan kebenaran kabar ter­se­but. Ada yang melalui SMS, ada ju­ga yang menelepon langsung. Per­tanyaan itu bukan hanya datang dari masyarakat biasa, tapi juga dari se­jumlah pejabat Pemprov Banten. Da­ri pertanyaannya, seolah mereka be­lum percaya bahwa Abah telah ber­pulang. Selain menanyakan ke­benaran meninggalnya Abah, mereka juga menanyakan penyebab mening­galnya dan di mana akan dimakamkan.
Informasi yang diperoleh, Chasan Sochib sudah mengalami gangguan ke­sehatan beberapa hari terakhir. Se­belumnya, Abah memang mempunyai ri­wayat penyakit yang kompleks. Pun­caknya almarhum dibawa ke RS Sari Asih karena kondisinya yang makin memburuk. Namun belum dua jam berada di rumah sakit, Abah menghembuskan napas terakhir. Tangis keluarga yang mengantarkan almarhum ke rumah sakit pun tak terben­dung, termasuk Gubernur Ratu Atut Chosiyah.
Setelah dibersihkan oleh petugas rumah sakit, jenazah langsung dibawa ke rumah duka di Jalan Fatah Hasan, Ciceri, Kota Serang. Belum tiba jenazah di rumah duka, kerabat, masyarakat, dan para pejabat di lingkungan Pemprov Banten sudah ber­kumpul. “Jenazah disemayamkan dulu di rumah duka sambil me­nunggu keluarga besar yang be­rada di luar kota. Jenazah di­mandikan keluarga sebelum dibawa ke Masjid Raya Albantani untuk disalatkan,” ujar Sitti Maani Nina, Kabag Dokumentasi pada Biro Humas dan Protokol Pem­prov Banten yang selalu me­nemani Atut mulai dari rumah duka sampai proses pemakaman.
Berdasarkan pantauan di rumah duka, aktivitas di sekitar bun­da­ran Ciceri tampak padat karena banyak pelayat yang hadir. Tidak hanya itu, petugas kepolisian lalu lintas dari Polres Serang tampak mengatur lalu lintas di bun­daran dan memberlakukan sistem buka tutup karena mobil pelayat yang terparkir sampai ke tengah jalanan.
Di rumah duka, secara ber­gantian keluarga almarhum men­cium dan memberikan peng­hormatan terakhir kepada ayah, kakek, dan buyut itu. Bah­kan tidak sedikit masyarakat se­kitar yang datang melayat hanya sekadar untuk melihat dan memberikan rasa bela­sung­kawa kepada keluarga yang di­tinggalkan. Hiruk-pikuk di dalam rumah mendadak sunyi ketika Atut menangisi kepergian ayah­nya. Sambil menangis Atut tak henti memanjatkan doa-doa.
Setelah selesai prosesi pe­man­dian di rumah duka yang di­la­ku­kan seluruh keluarga al­mar­hum, jenazah akhirnya dibawa ke Masjid Raya Albantani di Ka­wasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) sekira pukul 08.30 WIB. Iring-iringan pan­jang menjadi pemandangan warga sekitar yang melihat dari pinggir jalan.
Tiba di Masjid Raya Albantani, pria yang pernah menempuh pen­didikan di Sekolah Ver Volk (Sekolah Rakyat) pada 1938 itu, disambut anggota Korem 064/Maulana Yusuf lengkap dengan senjatanya. “Memang pema­kaman akan dilakukan secara militer karena almarhum adalah salah satu pejuang di zaman pen­jajahan,” tambah Nina.
Setelah diturunkan dari mobil je­nazah, almarhum langsung dibawa ke dalam masjid untuk di­salatkan. Rasa empati masya­rakat begitu besar terhadap sosok Chasan Sochib. Hal itu terlihat dengan ribuan orang yang hadir untuk menyalatkan almarhum. Bahkan di masjid yang ber­ka­pasitas 6.000 orang itu, prosesi me­nyalatkan dibagi dalam dua ge­lombang.
Cuaca mendung saat itu, se­ma­kin menampakkan suasana duka. Isak tangis masih terdengar hingga ke Masjid Raya Albantani. Air mata Atut yang saat itu meng­g­unakan pakaian serbahitam juga terus mengalir. Sesekali Atut harus melepas kacamata yang digunakan untuk menyeka air mata yang mulai membasahi pipi. Mata sembab juga tampak dari wajah Tb Haerul Jaman, yang merupakan Walikota Se­rang. Bahkan Jaman tampak sudah tak peduli dengan penam­pilannya, hal itu terlihat dengan posisi peci yang diguna­kannya yang mulai miring tapi tak kun­jung dibenahi.
Prosesi menyalatkan almarhum yang berlangsung tidak kurang dari satu setengah jam itu diakhiri dengan penyerahan jenazah ke­pada Korem 064/MY untuk di­makamkan di pemakaman keluarga di Desa Pabuaran, Ke­camatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Atut yang mengiringi jenazah dengan menggunakan mobil pribadi plat A 1 GB itu ditemani oleh anak-anaknya.
Dari Masjid Raya Albantani, jenazah langsung diberangkatkan ke pemakaman keluarga. Tiba di lokasi pemakaman, jenazah tidak langsung dimakamkan karena masyarakat sekitar me­min­ta untuk menyalatkan je­nazah terlebih dulu. Persiapan sudah dilakukan dengan matang di lokasi pema­kaman. Almarhum dima­kam­kan di pemakaman keluarga yang ditutupi atap dan memiliki 18 tiang. Meski tidak tam­pak mewah, namun antusias masyarakat untuk menyaksikan pro­sesi pemakaman luar biasa tinggi.
Setelah selesai disalatkan ke­luarga dan masyarakat sekitar, je­nazah dibawa ke peristirahatan ter­akhir­nya diiringi tembakan salvo dari satuan Makorem 064/MY. Wajah pucat dari keluarga be­sar almarhum tampak jelas. Bahkan isak tangis masih terus terdengar dan seolah tidak habis meski telah dikeluarkan berjam-jam.
Rasa duka dan berkabung masih te­rus berlanjut di malam hari. Ri­buan masyarakat, pejabat, dan keluarga besar almarhum me­lakukan tahlilan untuk men­doakan almarhum. Bahkan untuk meng­antisipasi agar tidak me­numpuk di satu titik, keluarga al­marhum me­mutuskan untuk menggelar tah­lilan di lima titik. Atut, Wagub M Masduki, dan seluruh pejabat di lingkungan Pem­prov Banten menggelar tah­lilan di Jalan Bha­yangkara, Nomor 51, yang me­rupakan ke­diaman Atut. Tempat lain yang menggelar tahlilan adalah di Rawu dan di Gemulung, Ciomas, yang juga merupakan kediaman almarhum. Selain itu, masyarakat sekitar Ciceri melakukan doa ber­s­ama di kediaman almarhum di Ja­lan Fatah Hasan. Terakhir dipusat­kan di tempat pemakaman almar­hum di Pabuaran. (*)

0 komentar:

Posting Komentar