Kamis, 20 Oktober 2011

Ratu Atut Memimpin Banten, Membangun Ketahanan Pangan

Atut menanam 4SERANG - Hari ini, Kamis (20/10/2011), Indonesia ikut memperingati Hari Pangan Sedunia ke-31, yang dipusatkan di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Peringatan ini dihadiri Wakil Presiden Boediono, Menteri Pertanian Suswono, Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), James Mc Grane, serta sejumlah perwakilan negara sahabat.
Bagi Banten, isu ancaman ketahanan pangan dunia telah menjadi perhatian serius Hj. Ratu Atut Chosiyah selama lima tahun periode lalu masa kepemimpinannya. Berbagai program dan bantuan pertanian ia salurkan kepada kelompok masyarakat petani, serta secara bertahap dan konsisten meningkatkan kualitas sarana prasarana infrastrukturnya.
Pemerintah Provinsi Banten terus bekerja keras secara intensif untuk membangun ketahanan pangan regional Banten, yang pada gilirannya juga akan memberikan kontribusi besar terhadap produksi bahan pangan dan ketahanan pangan secara nasional, khususnya di sektor beras.
Tahun lalu, Provinsi Banten mencatat namanya dalam daftar "10 besar" lumbung padi nasional di urutan ke-9 dengan peningkatan sebesar 199,04 ribu ton (10,76 persen). Peningkatan produksi padi ini sangat dipengaruhi oleh peningkatan luas panen padi yang signifikan baik untuk padi sawah maupun padi ladang.
Luas panen padi sawah tahun 2010 meningkat 35,23 ribu hektar atau naik 10,59 persen, sedangkan luas panen padi ladang meningkat 5,04 ribu hektar atau naik 15,11 persen dibandingkan luas panen tahun 2009. Hal ini membuktikan keseriusan Hj. Ratu Atut Chosiyah dalam agenda pembangunan di bidang pertanian.
"Keberhasilan ini adalah hasil kerja keras seluruh petani di wilayah Banten dan pemerintah kabupaten/kota serta provinsi dalam upaya memacu laju produksi pertanian, guna memenuhi kebutuhan rakyat Banten terhadap bahan pangan. Namun, kita jangan lantas berpuas diri, tetapi harus lebih giat lagi dalam bekerja," kata Atut, yang tahun lalu menerima tanda penghargaan Satya Lencana Wirakarya Pertanian.
Ke depan, Ratu Atut juga sudah mengantongi rencana akan memperkuatkan kerjasama antara para petani dan perusahaan, baik swasta maupun Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk suatu Badan Usaha Milik Petani (BUMP). "Saya harapkan BUMP akan mampu mendorong peningkatan dan stabilitas produksi beras di wilayah Banten," katanya.
BUMP, menurut Ratu Atut, merupakan kontribusi industri terhadap Banten dalam pembangunan pertanian. Pengusaha yang bergerak di Banten, juga harus memiliki kepedulian dan ikut berperan aktif dalam pemberdayaan petani, baik secara kelembagaan maupun individu.
"Misalnya, salah satu persoalan yang selalu melilit petani adalah kepastian tersedianya sarana prasarana seperti bibit, pupuk, dan sebagainya. Dengan adanya BUMP, maka semua masalah tersebut akan dapat diselesaikan pada waktunya, termasuk kepastian pemasaran dengan harga dasar yang baik," jelasnya.
Ratu Atut tahun ini, juga membangun kerjasama dengan Badan Usaha Milik Nasional (BUMN), yaitu PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pusri Grup, PT PLN, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT ASKES, PT ANTAM Tbk. Kerjasama ini merealisasikan penanaman padi dalam program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K).
Program ini akan meliputi 400.185 hektar sawah di Banten atau 70,21% dari target sekitar 570.000 ha. Dengan realisasi program GP3K, produksi beras di Banten yang selama ini masih pada kisaran 5 ton per hektar diharapkan bisa meningkat hingga 7 ton per hektar. "Dengan demikian kontribusi Banten terhadap produksi beras nasional juga akan naik," tambah Ratu Atut.
Hal ini juga sebagai langkah antisipasi terhadap angka ramalan (AREM) produksi beras Banten 2011 yang diperkirakan akan kembali menurun sebesar 94,54 ribu ton (4,62 persen) dibandingkan tahun 2010, yaitu hanya mencapai 1,95 juta ton GKG. "Oleh sebab itu, saya mengajak para petani bekerja lebih giat untuk mematahkan ramalam tersebut. Saya yakin petani Banten mampu dan bisa," tandasnya.

 

(ibuatut.com)

0 komentar:

Posting Komentar