Senin, 13 Juni 2011

Ratu Atut: PT Sangat Strategis dalam Pembangunan Banten



LULUSAN perguruan tinggi memiliki posisi yang sangat strategis dalam percepatan laju pembangunan, terutama bagi daerah yang relatif masih muda seperti provinsi Banten. Percepatan dan perluasan pembangunan Banten, tidak mungkin bisa dilepaskan dari pengaruh kualitas pendidikan. Oleh sebab itu, perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan, pengkajian dan titik tolak pengadian, juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap semua aspek pembangunan.
Posisi strategis perguruan tinggi inilah, yang membuat Hj. Ratu Atut Chosiyah semasa masih menjadi Wakil Bupati, tujuh tahun lalu, begitu bersemangat ketika ditunjuk sebagai sebagai ketua tim yang memperjuangkan status STAIN SMH Serang (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Serang) menjadi IAIN  (Institut Agama Islam Negeri) SMH Banten. Kerja keras Ratu Atut bersama 11 anggota tim lainnya, membuahkan hasil nyata dengan terbitnya Keputusan Presiden nomor 91 tahun 2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang perubahan status status STAIN SMHB menjadi IAIN SMHB.
Kepres No. 91 Tahun 2004 tersebut kemudian disusul dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 5 tahun 2005 tanggal 3 Januari 2005 yang mengatur tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN SMHB. Berdasarkan keputusan Menteri Agama tersebut IAIN SMHB memiliki 1 Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan, 7 Bagian dan 16 Sub Bagian serta 3 Fakultas, yaitu Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, Fakultas Tarbiyah dan Adab, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Bagi Ratu Atut, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui perguruan tinggi, merupakan salah satu kunci suksesnya percepatan dan perluasan pembangunan Banten ke masa depan. Menyadari kebutuhan pembangunan Banten terhadap lulusan perguruan tinggi, Ratu Atut selalu menyediakan waktu untuk hadir memberikan dorongan semangat dan menyampaikan ajakan kepada para lulusan, dalam acara Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana IX Institut di Kampus IAIN SMHB, Kota Serang.
Selain mengajak wisudawan terlibat secara aktif dalam upaya percepatan dan perluasan pembangunan Banten, Ratu Atut juga membuka pintu lebar-lebar untuk menerima semua kritik yang bersifat membangun, saran maupun masukan dari mahasiswa sebagai generasi muda yang berwawasan luas dan mempunyai idealisme tinggi. "Alumni IAIN SMHB harus menjadi orang yang betul-betul menempati posisi yang strategis dan dapat membuka lapangan pekerjaan dengan modal ilmu pengetahuan dan bekal akhlakul karimah, serta penuh semangat membangun Banten ke arah yang lebih baik," katanya.
Ratu Atut menyadari banyak persoalan pembangunan yang belum tuntas; seperti tingkat pengangguran, ketertinggalan dari daerah lain, kualitas pendidikan dan persoalan dan masalah kesehatan masyarakat. Persoalan tersebut tentu saja tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah, tetapi membutuhkan peran serta masyarakat, termasuk mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi. Dalam langkah-langkah pembangunannya, provinsi banten membutuhkan sumbangan pemikiran dan aksi yang konkret dari kalangan akademis sebagai sumber bahan referensi.
Banten saat ini tengah melaksanakan pekerjaan besar sebagai bagian dari Koridor II dalam program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Program tersebut secara naasional akan menjaring investasi sebesar Rp 4.000 triliun yang membuka jutaan peluang kerja. Banten sebagai daerah strategis dalam Koridor II harus mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu memainkan peran besar untuk mendukung terlaksananya MP3EI. Dalam hal inilah, perguruan tinggi memiliki peranan dalam mempersiapan sumber daya mansia berkualitas dan mampu berperan secara efektif dan efisien.
Gubernur sepakat, pendidikan sebagai medium yang efektif bagi proses transmisi teknologi dan pendorong pembangunan ekonomi. Pendidikan juga merupakan investasi human capital, di mana perguruan tinggi memerankan posisi yang sangat strategis untuk membangun kualitas dari manusia di sebuah negara. IAIN SMHB sebagai perguruan tinggi harus terus meningkatkan kemampuannya berkolaborasi partisipatif dengan berbagai stakeholder pembangunan. Dengan kolaborasi inilah, perguruan tinggi akan berperan optimal sebagai centre of excellence.
Perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi kepada pemerintah berupa rekomendasi kebijakan, teori pembangunan, maupun penyediaan tenaga ahli yang mampu menjawab tantangan bangsa. Perguruan tinggi dapat menghasilkan prototype hasil inovasi yang telah dibuat untuk dikembangkan oleh industri agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, dan perguruan tinggi dapat melakukan membuka akses ke masyarakat sebagai pihak yang netral dan membangun partisipasi mereka.  Potensi besar perguruan tinggi untuk menstimulus pembangunan dengan berkolaborasi dengan semua stakeholders pembangunan.
Sudah seharusnya gerakan mahasiswa sebaagai elemen terbesar dalam perguruan tinggi, dapat membangun akses ke semua stakeholder pembangunan, dalam bahasa praksisnya, mahasiswa kini harus bisa berbicara dengan pengusaha, birokrat dan rakyat. Kemampuan  mahasiswa untuk dapat menjadi kelompok yang mampu bergerak secara vertikal dan horizontal adalah sebuah tantangan tersendiri dari gerakan mahasiswa.
Pada akhirnya gerakan mahasiswa akan mampu berbicara di hampir seluruh bidang pembangunan di wilayah Banten dan bangsa pada umumnya. Itulah keunggulan gerakan mahasiswa yang telah banyak berbicara sepanjang sejarah peradaban. Bila perguruan tinggi adalah inti dari perputaran roda pembangunan, dan bila mahasiswa adalah elemen terbesar dari civitas academia perguruan tinggi. Maka sebuah konsekuensi logis bagi gerakan mahasiswa untuk selalu memiliki mimpi besar tentang pembangunan peradaban bangsa. Mari kita berbicara tentang rakyat, kesejahteraan, kemandirian, dan perubahan.***
(ratuatut.com)

0 komentar:

Posting Komentar